Hal tersebut disampaikan Chairman &
President Tsuneishi Holdings Yasuharu Fushimi saat menerima kunjungan Kepala
BKPM Franky Sibarani di kantornya, Fukuyama, Jepang, kemarin.
Dia menjelaskan, sebelum memutuskan
untuk merencanakan investasi ke Indonesia, Tsuneishi juga menjajaki kemungkinan
berinvestasi di negara ASEAN lainnya, yaitu Kamboja, Vietnam, dan Myanmar.
"Kami yakin, program tol laut yang
digagas Presiden Jokowi akan menjadikan industri perkapalan di Indonesia cukup
bagus prospeknya. Hal itu menjadi pertimbangan kami memilih untuk merencanakan
investasi di Indonesia, selain pertimbangan ekonomi lainnya. Kami berharap
program tol laut tersebut dapat segera terealisasi," papar Yasuharu
Fushimi dalam rilisnya yang diterima Sindonews, Jakarta, Selasa (26/5/2015).
Dalam kesempatan kunjungan tersebut,
Kepala BKPM Franky Sibarani juga menjelaskan tentang potensi ekonomi dari
program tol laut. Dia memaparkan rencana pemerintah membangun dan mengembangkan
24 pelabuhan yang menghubungkan seluruh wilayah Indonesia.
Pelabuhan tersebut terdiri dari, lima
pelabuhan utama dan 19 pelabuhan feeder. Selain itu, Bappenas juga mencatat
adanya kebutuhan 1.000 kapal setiap tahunnya, sementara industri galangan kapal
saat ini hanya mampu memenuhi 30%.
"Potensi industri perkapalan
sangat besar. Kebutuhan kapal bukan hanya untuk kapal barang, tapi juga kapal
penumpang, ferry, kapal nelayan dan lain-lain. Karena itu, kita mengundang
investor untuk mengisi kebutuhan tersebut," jelas Franky.
Kunjungan Kepala BKPM ke Tsuneishi Ship
Building ini sebagai rangkaian kegiatan roadshow pemasaran investasi BKPM di
Jepang pada 25-29 Mei 2015. Dalam kunjungan tersebut, Kepala BKPM didampingi
KJRI di Osaka Wisnu Edi Pratignyo, Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan BKPM
Azhar Lubis serta perwakilan BKPM di Tokyo.
source: http://ekbis.sindonews.com/read/1005374/34/investor-jepang-kepincut-konsep-tol-laut-indonesia-1432611345
JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah diminta untuk kembali menilik lokasi-lokasi yang
rencananya akan dibangun pelabuhan tol laut. Sebab, menurut Direktur Eksekutif
INDEF Enny Sri Hartati, mayoritas dari 24 pelabuhan yang akan dibangun
merupakan jalur pelayaran internasional. "Ketika kita petakan di mana
lokus yang akan dibangun 24 pelabuhan itu adalah jalur perdagangan
internasional. Kalau itu yang terjadi, harapan kita mengurangi biaya logistik
antar pulau itu hanya mimpi," kata Enny ditemui usai diskusi akhir pekan
lalu. Padahal, apa yang diharapkan publik dengan adanya tol laut Jokowi
adalah untuk menjawab tingginya biaya logistik. Tol laut juga diharapkan dapat
meningkatkan volume dan transaksi pedagangan antar pulau, antar provinsi.
Namun, untuk memenuhi harapan tersebut, Enny bilang pemerintah tidak hanya
harus menambah infrastruktur pelayaran. Diperlukan pembangunan industri di luar
Pulau Jawa, sehingga barang-barang yang bisa dipertukarkan meningkat. Enny
menambahkan, infrastruktur pelayaran lebih perlu dibangun di kawasan industri
baru, ketimbang di jalur internasional. Sayangnya, lokasi yang ada dalam
rencana pemerintah saat ini dinilai justru malah membuat efisien barang-barang
dari luar negeri. Dus, harga barang-barang impor pun bisa menjadi lebih
murah. "Yang terjadi, jalur perdagangan internasional lebih efisien.
Justru biaya logistik yang dari impor lebih murah. Ini jangan sampai seperti
itu," ucap Enny. Sebelumnya diberitakan, Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas telah mendesain konsep tol laut Presiden
Joko Widodo (Jokowi) dengan 24 pelabuhan, terdiri atas pelabuhan yang menjadi
hub internasional, pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul. Sebanyak 24
pelabuhan itu antara lain, Pelabuhan Banda Aceh, Belawan, Kuala Tanjung, Dumai,
Batam, Padang, Pangkal Pinang, Pelabuhan Panjang, Pelabuhan Tanjung Priok,
Cilacap, Tanjung Perak, Lombok, Kupang, Pontianak, Palangkaraya, Banjarmasin,
Maloy, Makassar, Bitung, Halmahera, Ambon, Sorong, Merauke dan Jayapura. "Cuma
Pelabuhan Kuala Tanjung, Bitung dan Sorong yang akan dibangun baru. Sedangkan
sisanya hanya perluasan atau pengeembangan" kata Deputi Bidang Sarana dan
Prasarana Bappenas, Dedy S Priatna, beberapa waktu lalu. Dari 24
pelabuhan itu, lanjut dia, dibagi menjadi dua hubinternasional
yaitu Kuala Tanjung dan Bitung yang akan menjadi 'ruang tamu' bagi kapal-kapal
asing dari berbagai negara. Pemerintah juga menyiapkan enam pelabuhan utama
yang dapat dilalui kapal-kapal besar berbobot 3.000 hingga 10.000 TeUS, yakni
Pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Makassar, dan Sorong. "Pelabuhan
utama akan jadi jalur utama atau jalan tolnya. Sedangkan 24 pelabuhan dari
Belawan sampai Jayapura disebut Pelabuhan Pengumpul," kata dia.
Bisnis.com, SURABAYA—Konsep integrasi sistem logistik laut dan darat
yang diusung Presiden terpilih Joko Widodo akan menggabungkan rute berlayar kapal
dengan jaringan rel kereta api.
Gubernur DKI yang akrab dipanggil
Jokowi menguraikan pemikiran tol laut berdasar pada kondisi wilayah perairan
yang notabene 2/3 dari luas Indonesia kurang diperhatikan. Padahal, negara lain
yang memiliki luas laut yang dominan pasti mendasarkan infrastruktur perairan.
"Makanya kenapa saya usulkan tol
laut. Ini bukan jalan tol. Tapi ujung barat sampai timur ada kapal yang lewat
terus menerus," jelasnya saat berpidato di Muktamar PKB 2014 di Surabaya,
Minggu (31/8/2014) malam.
Rute kapal dalam konsep tol laut
tersebut meliputi Aceh, Jakarta, Surabaya, Nusa Tenggara, Maluku sampai Papua.
Jalur tersebut akan menjadi rute utama, sedangkan distribusi ke kepulauan lain
menggunakan kapal-kapal lebih kecil dibanding dengan armada di jalur utama.
Dia menilai bila kapal yang melintas di
jalur utama tersebut rutin berlayar maka harga kebutuhan di Papua tidak akan
selisih banyak dibanding di Jawa. Paling mahal selisih harga separuhnya, itupun
bila sudah di pedalaman. Namun, tanpa jalur distribusi yang baik harga pun
berlipat-lipat.
Seperti semen, kata Jokowi, di
Jawa Rp60.000-Rp70.000 per sak di pedalaman Papua bisa Rp1 juta-Rp1,5
juta per sak. Kondisi tersebut dinilai sebagai praktik ketidakadilan, sehingga
sistem logistik perlu perbaikan.
"Kalau bisa dilakukan untuk
transportasi yang sekarang 15% dari harga sedangkan negara lain bisa 7%-10%.
Artinya kan gede banget ongkosnya, ini harus dibenahi," tambahnya.
Bila sistem logistik yang nantinya
diintegrasikan dengan sistem logistik nasional ini berjalan maka daya saing
produk dalam negeri naik. Pasalnya, biaya logistik murah maka harga produk juga
semakin terjangkau.
Sementara di sektor darat, konsep tol
laut akan dipadukan dengan jaringan rel kereta api di Sumatra, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi hingga Papua. Jokowi menghitung kebutuhan pembangunan rel
tersebut hanya Rp350 triliun.
Kebutuhan dana tersebut bisa saja tidak
sepenuhnya dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sebab dengan
perkiraan APBN 2015 sekitar Rp2.019 triliun dan setelah dikurangi pengeluaran
untuk pendidikan 20%, bayar utang Rp400 triliun maka sisa untuk proyek ini
sedikit.
"Kalau tidak APBN ya investasi ,
nanti dibagi-bagi, kalau tak menguntungkan APBN. Investasi kan cari yang
menguntungkan," paparnya sembari menegaskan, asalkan ada niat model
integrasi tol laut dengan jaringan kereta api ini pasti bisa diselesaikan.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas
menjelaskan, program tol laut yang
diusung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah beroperasi saat ini. Namun
memang, pelayanan yang diberikan masih sebatas pelayaran jarak pendek (short
sea shipping) dengan kapal-kapal kecil yang melayani beberapa daerah.
Direktur Transportasi Bappenas, Bambang Prihartono
mengungkapkan, tol laut Jokowi mulai beroperasi sejak Februari 2015. Tol laut
banyak diwujudkan di wilayah Timur Indonesia. "Tol laut sudah jalan.
Contohnya untuk Papua melayani rute Sorong ke Waisai. Ada juga Surabaya ke
Makassar. Jadi sebagian besar untuk Indonesia bagian Timur dan melayani
pelayaran jarak pendek," ujar dia kepada wartawan di kantornya, Jakarta,
Kamis (26/3/2015).
Bambang menjelaskan, kapal yang melintas di tol laut rute ini
adalah kapal-kapal berukuran kecil yang mengangkut barang dan penumpang.
Pengoperasian kapal tersebut terjadwal dua kali dalam sehari. berbeda dengan
dahulu, kapal-kapal tersebut hanya berlayar jika menerima pesanan atau
carter.
"Kami belum mengevaluasinya paska pengoperasian tol laut.
Biasanya per tiga bulan dievaluasi. Tapi yang pasti ini akan mengurangi biaya
logistik cukup signifikan," tegas Bambang. Dia menargetkan, sebanyak 24
pelabuhan di seluruh wilayah Indonesia untuk mendukung program tol laut Jokowi
akan terkoneksi paling lambat pada 2017.
Seluruh kapal-kapal tersebut dioperasikan oleh PT Pelni
(Persero), sedangkan untuk operator pelabuhan dioperasikan oleh PT Pelindo IV.
Menurut Bambang, sampai saat ini belum ada pihak swasta yang masuk untuk
memanfaatkan tol laut.
Selain kedua perusahaan pelat merah tersebut, tol laut juga akan
didukung oleh Angkutan Sungai, Danau, dan Pelabuhan (ASDP). Oleh karena itu,
ASDP mendapatkan dana segar sebesar Rp 1 trilun dari Penyertaan Modal Negara
(PMN).
Dana tersebut akan dipergunakan untuk membangun dermaga baru dan
membeli kapal guna membangun konektifitas transportasi antar pulau di
Indonesia. Sekaligu menjadikan Pelabuhan Merak menjadi pelabuhan berskala
internasional dan lebih modern.
ASDP Cabang Merak akan mempergunakan dana tersebut untuk
membangun dermaga VI dan VII. Tak hanya itu, fasilitas penunjang lainnya pun
akan dibangun. Bahkan, pembangunan dermaga VI pun yang sebelumnya dilaksanakan
oleh Kementrian Perhubungan akan di ambil pembangunannya oleh Kementerian BUMN.
(Fik/Gdn)
Ini Daftar 24 Pelabuhan yang Jadi Bagian Tol Laut Jokowi
Konsep tol laut
sebenarnya sama dengan konsep dari proyek Pendulum Nusantara.
Liputan6.com,
Bandung - Pemerintah
melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas telah
mendesain konsep tol laut Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan 24 pelabuhan.
Terbagi atas pelabuhan yang menjadi hub internasional, pelabuhan utama dan
pelabuhan pengumpul.
Deputi Bidang
Sarana dan Prasarana Bappenas, Dedy S Priatna membeberkan, sebanyak 24
pelabuhan itu antara lain, Pelabuhan Banda Aceh, Belawan, Kuala Tanjung, Dumai,
Batam, Padang, Pangkal Pinang, Pelabuhan Panjang.
Ada pula, Pelabuhan
Tanjung Priok, Cilacap, Tanjung Perak, Lombok, Kupang, Pontianak, Palangkaraya,
Banjarmasin, Maloy, Makassar, Bitung, Halmahera, Ambon, Sorong, Merauke dan
Jayapura.
"Cuma
Pelabuhan Kuala Tanjung, Bitung dan Sorong yang akan dibangun baru. Sedangkan
sisanya hanya perluasan atau pengembangan," ucap Dedy kepada wartawan saat
ditemui di Bandung, seperti ditulis Sabtu (15/11/2014).
Dari 24
pelabuhan itu, sambung dia, terbagi dua hub internasional yaitu Kuala Tanjung
dan Bitung yang akan menjadi'ruang tamu' bagi kapal-kapal asing dari berbagai
negara.
Selanjutnya, Dedy
menuturkan, pemerintah menyiapkan enam pelabuhan utama yang dapat dilalui
kapal-kapal besar berbobot 3.000 hingga 10 ribu TeUS. Enam pelabuhan itu adalah
Pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Makassar, dan Sorong.
"Pelabuhan
utama akan jadi jalur utama atau jalan tolnya. Sedangkan 24 pelabuhan dari
Belawan sampai Jayapura disebut Pelabuhan Pengumpul," paparnya.
Sebanyak 24
pelabuhan tersebut, kata dia, merupakan bagian dari 110 pelabuhan milik PT
Pelabuhan Indonesia (Pelindo). Sementara total pelabuhan di Tanah Air sekitar
1.230 pelabuhan.
Lanjut Dedy,
konsep tol laut ini tengah menunggu kepastian dari Presiden Jokowi. Konsep
pelabuhan tersebut dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan keinginan
Presiden.
"Konsepnya
ditentukan rencana teknokratik, nanti kan dievaluasi tim Jokowi. Nah pada 15
Januari saat Peraturan Presiden RPJMN terbit, apakah tetap berjalan sesuai
konsep atau ada perubahan. Bisa saja pindah tergantung kemauan Jokowi, tapi
kemungkinan besar tetap konsep ini," jelas dia.
Dia mengaku,
desain tol laut ini adalah konsep dari Pelindo dan McKansey. Perubahan sangat
dimungkinkan terjadi karena melihat 86 pelabuhan lain yang dioperasikan Pelindo
memiliki IRR tinggi. Sedangkan
sisa dari 110 pelabuhan dari total 1.230 pelabuhan dikelola oleh Satuan Kerja
Perhubungan, Provinsi dan lainnya."Jadi belum menguntungkan. Kalau sudah
menguntungkan pasti diambil Pelindo," tegasnya. (Fik/Ndw)
PRODUKTIFITAS BONGKAR MUAT DAN DWELLING TIME
No comments:
Post a Comment