Saturday, March 11, 2017

STRATEGI PERCEPATAN TOL LAUT


STRATEGI PERCEPATAN TOL LAUT
Semenjak tercetusnya gagasan Tol laut oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) merupakan gagasan yang sangat trategis untuk meningkatkan daya saing ekonomi masing-masing wilayah di Indonesia , perbedaan terhadap biaya logistik yang begitu besar membuat pembangunan di daerah-daerah terpencil mengalami hambatan. Ide pembangunan Tol Laut menjadi sebuah karya besar bagi sebuah perencanaan pembangunan bagi seluruh masyarakat Indonesia.



Melihat dari berbagai sisi moda transportasi ( Darat, Laut dan Udara), angkutan laut merupakan moda transportasi yang efektif dan efisien disamping moda transportasi darat sebagai pendukung, Untuk menciptakan Tol Laut sangat dibutuhkan Menejemen Pelabuhan yang handal, untuk itu diperlukan Terminal Pelabuhan yang khusus menangani barang-barang tertentu misalnya terminal penumpang, Terminal Petikemas, terminal barang curah cair. Terminal barang curah kering dan terminal barang general cargo. Dalam pengoperasian terminal tersebut diperlukan menejemen yang handal, sehingga barang dapat dilakukan bongkar muat lebih cepat, murah dan aman.
Ada beberapa model pengoperasian yang ada saat ini, namun dirasa belum cukup memberi dampak yang cukup berarti, tingginya Dwelling Time Time barang (lamanya barang menumpuk) di pelabuhan menunjukkan masih lemahnya menejemen pelabuhan saat ini. Upaya-upaya penekanan biaya dipelabuhan terus dilakukan oleh pemerintah dengan membangun fasilatas pelabuhan antara lain dengan menciptakan pelabuhan Hub Port di Indonesia antara lain : Pelabuhan Belawan / Kuala Tanjung ,Tanjung Priok / Kali Baru ,Tanjung Perak ,Makassar dan Bitung dengan kunjungan kapal Mother Vessel atau ukuran kapal besar dengan muatan lebih besar, dan untuk menyalurkan barang-barang ke daerah terpencil di perlukan pelabuhan Feeder Port   dan pemerintah telah menentukan pelabuhan tersebut antara lain : Malahayati, Batu Ampar Batam ,Teluk Bayur ,Jambi ,Palembang ,Panjang ,Tanjung Emas Semarang ,Pontianak ,Sampit ,Banjarmasin, Kariangau Balikpapan ,Palaran Samarinda ,Pantoloan, Kendari ,Tenau Kupang ,Ternate ,Ambon ,Sorong  dan Jayapura, Namun demikian masih ada beberapa hal yang terlupakan oleh pemerintah yaitu sistem manajemen terminal yang belum tertata dengan baik, sebuah konsep Central poin Traffik menejemen Cargo, sebuah sistim terpadu pengambilan barang-barang atau petikemas dipelabuhan.  Sampai saat ini belum diatur regulasinya, tarif terhadap biaya pengangkutan barang dari pelabuhan ke tempat tujuan belum diatur oleh pemerintah sehingga persaingan yang begitu tajam membuat ketidakpastian ongkos angkutan barang ke tempat tujuan , sedangkan untuk tarif angkutan darat misal kereta api dari Jakarta – Yogyakarta- Jawa Timur sudah ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini oleh direksi PT Kereta Api. Sebagai upaya penekanan persaingan yang tidak sehat perlu menetapkan tarif angkutan barang dari pelabuhan (  terminal ) ke tempat tujuan misalnya dari Terminal Petikemas Tanjung Priok ke Kawasan Industri Pulo Gadung atau dari Terminal Petikemas Belawan ke Kawasan Industri I Medan. Penetapan tarif tersebut akan memberikan kepastian bagi pemilik barang atas biaya pengangkutan sekaligus mempercepat kegiatan bongkar muat barang dipelabuhan. Dengan terciptanya tarif angkutan barang di pelabuhan , adanya stasion armada dan Surat Perintah pengeluaran Baran atau SP2 akan mempersingkat Dwelling Time barang di pelabuhan. Antrian panjang armada pengangkutan barang dipelabuhan akibat pemilik barang menentukan armada yang akan membawa barannya sampai tempat tujuan, sedangkan barangnya seringkali tidak berada tepat diatas, bahkan barangnya berada di paling bawah, sehingga perlu pembongkaran ektra atau pemindahan barang lainnya, sehingga memakan waktu lama untuk mengangkut satu jenis barang saja. Dalam Central poin Traffik menejemen Cargo diatur antara lain ( Stasion armada, Tarif ditentukan, Surat Perintah Pengeluaran Barang) menjadi satu kesatuan yang tidak terpisah, sehingga akan mempermudah pengeluaran barang dan bongkar muat dipelabuhan, sulitnya menentukan barang yang keluar, berdampak besar terhadap kinerja Bongkar Muat Barang di pelabuhan. Dengan sistem Central poin Traffik menejemen Cargo, pemilik barang menunggu barang sampai tempat tujuan dan paling lama barang sampai tempat tujuan tiga hari setelah barang dibongkar dari kapal, karena Central poin Traffik menejemen Cargo akan mengatur semuanya baik armada, maupun SP2 nya. Sebagai ilustrasi Central poin Traffik menejemen Cargo :

 












 

No comments:

Post a Comment

GUBERNUR SUMUT JANJILAH PADA RAKYAT SUMUT HARGA RUMAH DI BAWAH 50 JUTA

JIKA CALON GUBERNUR SUMUT PERIODE 2019 S.D 2024 BERJANJI ADA RUMAH HARGA DIBAWAH 50 JUTA DAN DP 0% MAKA DENGAN SUKA RELA SAYA BERJANJI ...