Wednesday, January 3, 2018

PENDULUM NUSANTARA

PENDULUM NUSANTARA
Dalam bahasa sederhananya, Pendulum Nusantara adalah sebuah sistem transportasi barang dengan menggunakan kapal ukuran besar (kapasitas 3000-4000 TEU) yang melewati sebuah jalur laut utama dari ujung barat hingga ujung timur Indonesia secara rutin. Karena pola gerakannya dari barat ke timur dan kemudian berbalik timur ke barat (seperti gerakan sebuah pendulum ketika digoyangkan), maka program ini disebut Pendulum Nusantara.
Tujuan dari program ini sendiri adalah agar terjadi sebuah efisiensi transportasi barang sehingga menurunkan biaya logistik nasional dan pada akhirnya mendorong tumbuhnya industri dan terjadinya pemerataan ekonomi, khususnya untuk Indonesia bagian timur. Skema pengembangannya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Di dalam jalur laut utama tersebut, akan ada 5 pelabuhan utama yang akan disinggahi oleh kapal-kapal tersebut, yaitu Belawan (Medan), Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Perak (Surabaya), Makassar dan Sorong (Papua). Lima pelabuhan ini juga berfungsi sebagai titik simpul atau hub regional bagi daerah di sekitarnya (disebut dengan loop). Barang-barang akan dikirim ke pelabuhan di sekitarnya menggunakan kapal yang lebih kecil. Program ini tentu saja tidak sederhanan , cukup banyak hambatan untuk bisa menerapkan program ini.
Hambatan dalam Program Tol Laut atau Pendulum Nusantara
1.         Infrastruktur
Salah satunya adalah masalah infrastruktur. Tidak semua pelabuhan dapat mengakomodir kapal berukuran 3000-4000 TEU. Perlu adanya pembenahan infrastruktur atau bahkan pembangunan baru di tiap pelabuhan utama. Untuk hal ini, empat BUMN yang bergerak di bidang operator pelabuhan yaitu Pelindo I, III, IV dan IPC, telah berkomitmen untuk membenahi infrastruktur melalui pembentukan anak perusahaan gabungan PT. Terminal Petikemas Indonesia (TPI). PT. TPI ini yang nantinya akan menjadi operator di lima pelabuhan utama dalam jalur Pendulum Nusantara dan bertanggung jawab dalam standarisasi infrastruktur di tiap pelabuhan tersebut.
2.         Armada Kapal
Nah, masalah berikutnya adalah kapal. Apakah perusahaan pelayaran di Indonesia memiliki kapal ukuran 3000-4000 TEU? Atau bila harus beli, sanggupkah mereka? Ada opini yang mengatakan bahwa bisa saja BUMN di bidang pelayaran, PT.Pelni, akan didorong sebagai operator shipping untuk Pendulum Nusantara ini. Terkait hal ini, saya tidak bisa memberi penjelasan, karena sudah bukan bidang saya. hehe.
3.         Kwalitas SDM
Apakah SDM yang ada di pelabuhan atau di unsur pemerintahan di bidang transportasi laut mempunyai SDM yang professional dan bermoral yang baik. inilah adalah faktor yang sangat menentukan. dengan profesonialisme dan bermoral maka roda perusahaan atau pemerintahan ( regulasi/peraturan) dapat dijalankan dengan baik. masih adakah SDM yang bermoral baik di negeri ini ?
Jadi, program ini memang tidak sederhana. Banyak hal yang harus dibenahi.

KONSEP BISNIS PELAYARAN
Ship follow the trade atau trade follow the ship?

Dalam dunia shipping dan logistics, ada istilah: “Ship follow the trade”, yang maksudnya adalah kapal atau jalur pelayaran dan infrastruktur pendukung logistik seperti pelabuhan, jalan, dsb, akan ada ketika di tempat tersebut telah ada industri yang dibangun. Jadi, harus ada industri dulu, baru kapal akan datang. Kalau diibaratkan dalam transportasi darat, misalnya: ITB telah membangun kampus baru di Jatinangor, karena hal tersebut maka dibuatlah sebuah trayek baru bus DAMRI dari ITB di jalan Ganesha langsung ke Jatinangor untuk mengangkut para mahasiswa tersebut. Nah, teori ini tentunya sah-sah saja. Lalu bagaimana bila teorinya dibalik? Pemda Bandung ternyata membuat trayek baru Ganesha-Jatinangor terlebih dahulu, walaupun mungkin tidak ada anak ITB yang bakal naik trayek tersebut, alhasil mungkin saat awal trayek itu jalan, penumpangnya sangat sedikit atau bahkan malah tidak ada. Nah, pihak ITB setelah melihat ada sebuah peluang trayek baru tersebut menjadi timbul inisiatif untuk membangun sebuah kampus baru di Jatinangor. Mungkinkah kasus ini terjadi? Tentu saja mungkin. Begitu pula dalam hal shipping dan logistics, teori “trade follow the ship” tentunya bisa terjadi. Nah, program Pendulum Nusantara ini justru seperti mengaplikasikan teori tersebut. Mereka membangun jalurnya terlebih dahulu, tanpa perlu tahu apakah akan ada industri baru yang dibangun di Papua, Maluku, dsb atau tidak. Setelah jalur tersebut berjalan, diharapkan justru mendorong para investor untuk berinvestasi membangun industri di daerah-daerah tersebut. Tentunya konsep ini memang beresiko, itulah mengapa tidak sedikit pihak yang menyangsikan konsep Pendulum Nusantara. Pihak-pihak tersebut beranggapan bahwa lebih baik bangun dulu industri di Papua dan sebagainya, maka jalur transportasi akan ada dengan sendirinya. Namun bila prinsip ini tetap dianut, berarti kita hanya bisa menunggu pemerintah atau investor untuk membangun industri. Lalu pertanyaannya, sampai kapan kita menunggu? Sampai Papua akhirnya memerdekakan diri? Meminjam perkataan Dirut saya, “Kerjakanlah apa yang menjadi bagian kamu dengan sebaik-baiknya terlebih dahulu. Setelah itu, baru kita dorong pihak lain untuk mengerjakan bagian mereka juga dengan sebaik-baiknya”. Intinya, kami dari pihak kepelabuhanan dan shipping berusaha mengerjakan bagian kami dengan membuat program Pendulum Nusantara ini. Dengan harapan dapat membantu mengurai permasalahan biaya logistik Indonesia yang tinggi. Sambil berharap juga dapat mendorong tumbuhnya industri baru dan terjadinya pemerataan ekonomi.

No comments:

Post a Comment

GUBERNUR SUMUT JANJILAH PADA RAKYAT SUMUT HARGA RUMAH DI BAWAH 50 JUTA

JIKA CALON GUBERNUR SUMUT PERIODE 2019 S.D 2024 BERJANJI ADA RUMAH HARGA DIBAWAH 50 JUTA DAN DP 0% MAKA DENGAN SUKA RELA SAYA BERJANJI ...